https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/issue/feed Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) 2024-12-07T16:46:38+08:00 Open Journal Systems <p>Prosiding Seminar Nasional Sosiologi (SeNSosio) Program Studi Sosiologi merupakan merupakan wadah publikasi artikel ilmiah hasil penelitian baik baik dari para akademi, peneliti, maupun praktisi khususnya dalam bidang kajian sosiologi. SeNsosio mengusung tema Masyarakat Pesisir dan Kepulauan dengan cakupan subtema Masalah lingkungan dan Perubahan Iklim, Gender, Kelompok Rentan dan Marjinal, Pembangunan dan Politik Lokal, Masyarakat Digital, Gaya Hidup, dan Isu Pemuda, Konflik dan Resolusi Konflik, Agama, Modal Sosial dan Kearifan Lokal, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial, Pendidikan dan Pengembangan Komunitas. Prosiding SeNSosio diterbitkan secara online setiap tahun pada bulan Desember.</p> https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1025 STRATEGI ADAPTASI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM 2024-10-13T23:05:28+08:00 Nuning Juniarsih [email protected] Taufiq Ramdani [email protected] Ratih Rahmawati [email protected] <p>Akhir-akhir ini semakin terasa dampak negatif perubahan iklim, terutama bagi masyarakat yang tinggal dan hidup di kawasan pesisir, khususnya masyarakat nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi adaptasi sosial ekonomi masyarakat nelayan dalam menghadapi perubahan iklim di kawasan pesisir tersebut. Penelitian menggunakan metode kualitatif yang didesain dengan model studi kasus berbasis data primer yang besumber dari masyarakat nelayan dan dari tokoh masyarakat setempat. Pengumpulan data menggunakan metode triangulasi; dan dianalisis dengan &nbsp;metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa strategi adaptasi masyarakat nelayan di Desa Kuranji Dalang &nbsp;dalam menghadapi perubahan iklim, yaitu: 1) membangun kerjasama dan komunikasi komunitas melalui media handphone; 2) melengkapi perahu dengan mesin ketinting dan alat tangkap yang lebih adaptif; 3) diversifikasi sumber &nbsp;pencaharian; 4) mobilisasi seluruh anggota keluarga, khususnya perempuan dalam kegiatan ekonomi; 5) membangun jalan alternatif untuk mendukung pengembangan wisata pantai dan kepentingan sosial ekonomi lainnya; dan 6) transformasi pekerjaan dari nelayan menjadi pedagang lapak, pedagang keliling&nbsp; dan&nbsp; lainnya. Strategi adaptasi sosial ekonomi tersebut harus dikembangkan agar lebih efektif untuk menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1032 RASIONALISASI RISIKO PELAKU USAHA BATIK PEREMPUAN DALAM STABILISASI RANTAI PASOK DI PASAR 17 AGUSTUS PAMEKASAN 2024-10-20T22:48:32+08:00 Achmad Syarifudin [email protected] Aisyatul Munawaroh [email protected] <p>Pasar 17 Agustus Pamekasan sebagai sentra penjual batik di Jawa Timur. Keberadaan Pasar 17 Agustus diharapkan mampu menfasilitasi pelaku usaha batik serta meningkatkan perekenomian khususnya rantai pasok batik mulai dari pemenuhan stok barang hingga proses penjualan ke konsumen di Kabupaten Pamekasan bahkan hingga dikenal ke luar daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko yang dirasionalisasikan oleh pelaku usaha batik Pasar 17 Agustus Pamekasan dalam stabilisasi rantai pasok batik. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif. Teknik melalui observasi dan wawancara dengan <em>purposive sampling</em>. Lokasi penelitian dilakukan di Pasar 17 Agustus Kabupaten Pamekasan mulai September hingga Oktober 2024. Data yang terkumpul akan dianalisa menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Rasionalisasi risiko menurut Ulrich Beck pada pelaku usaha batik di Pasar 17 Agustus Pamekasan yang didominasi oleh perempuan dilakukan dalam beberapa hal. Pertama, sejumlah pelaku usaha batik di Pasar 17 Agustus juga memilih untuk tidak sewa kios dan berjualan di hari pasaran yaitu Kamis dan Minggu, mengingat jumlah pengunjung yang kian sepi. Kedua, ditemukan pelaku usaha yang menjual kain batik setengah jadi atau belum tahap pewarnaan sebagai upaya meminimalisir risiko. Ketiga, kesadaran risiko yang tinggi akan ketidakpastian penjualan batik membuat pelaku usaha batik di Pasar 17 Agustus enggan untuk menggunakan media sosial sebagai solusi peningkatan penjualan, mengingat belum ada yang berhasil melakukan penjualan melalui media sosial. Refleksi akan keberadaan media sosial di dunia modern belum dipahami sebagai sebuah potensi oleh pelaku usaha. Justru sebaliknya, makin memperlambat perputaran ekonomi pelaku usaha batik. Risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha itu dirasionalisasikan demi bertahannya rantai pasok batik di Pasar 17 Agustus Pamekasan.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1040 MENYINGKAP NILAI PERTUKARAN TERHADAP BUDAYA MUJUR PADA MASYARAKAT NELAYAN SEKITAR PANTAI AMPENAN 2024-10-25T14:20:34+08:00 Inez Ariyani [email protected] Martha Arientie [email protected] Khalifatul Syuhada [email protected] Intan Novia Rosiani [email protected] <p>Penelitian ini membahas tentang peran masyarakat nelayan sekitar Pantai Ampenan terhadap budaya Mujur dan implementasi nilai-nilai pertukaran budaya Mujur terhadap nelayan sekitar Pantai Ampenan. Penelitian ini memberi kebaruan tema budaya pesisir dan memberikan pemahaman akademis terhadap budaya pesisir. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan model pendekatan fenomenologi untuk memaknai nilai-nilai pertukaran terhadap budaya Mujur. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi, wawancara mendalam secara informal, dan dokumentasi. Analisis data penelitian ini kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah peran masyarakat nelayan Pondok Perasi terhadap proses terjadinya budaya Mujur yaitu berperan saling membantu satu sama lain sehingga menciptakan keharmonisan kekerabatan sosial yang terjadi dan berupa makna pertukaran nilai budaya.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1030 MAKNA SIMBOLIK TRADISI BOKOA IBEN PADA ADAT PERKAWINAN SUKU REJANG DI KELURAHAN TANJUNG AGUNG, KECAMATAN TUBEI, KABUPATEN LEBONG 2024-10-16T17:38:35+08:00 Zera Chayanti [email protected] Heni Nopianti [email protected] Ika Pasca Himawati [email protected] <p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prosesi pelaksanaan tradisi <em>bokoa iben</em> pada adat perkawinan suku Rejang dan mengetahui makna simbolik yang terkandung dalam tradisi <em>bokoa iben</em> pada adat perkawinan suku Rejang dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Informan ditentukan secara <em>purposive sampling</em>. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi non partisipan dan dokumentasi. Selanjutnya analisis data meliputi: reduksi data, analisis data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi <em>bokoa iben</em> pada adat perkawinan dilakukan mulai dari hantaran/ <em>mbes caci</em>, penjemputan mempelai laki-laki/ <em>mapet bakea smaten</em>, dan <em>basen nikeak</em>/ berasan pernikahan. Tradisi <em>bokoa iben</em> dilakukan sebagai permohonan izin kepada <em>rajo</em>, penyapaan kedatangan tamu, serta kesepakatan antara keluarga laki-laki dan wanita. Secara sosiologis dari seluruh rangkaian prosesi tradisi <em>bokoa iben</em> terdapat empat perangkat simbol yang masing-masing mempunyai fungsi dan makna mendalam bagi suku Rejang, diantaranya simbol konstitutif sebagai sebuah kepercayaan, simbol kognitif sebagai ilmu pengetahuan, simbol evaluatif sebagai moralitas/aturan, dan simbol ekspresif sebagai kreativitas. Tradisi <em>bokoa iben</em> pada adat perkawinan suku Rejang menunjukkan perilaku dan budaya suku Rejang yang dilandasi oleh tata nilai, moral, ilmu pengetahuan dan spiritualitas.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1029 JARINGAN SOSIAL PELAKU USAHA BATIK DI PASAR 17 AGUSTUS PAMEKASAN 2024-10-15T21:44:37+08:00 Aisyatul Munawaroh [email protected] Achmad Syarifudin [email protected] <p>Batik, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia tidak hanya melibatkan aspek estetika tetapi juga aspek ekonomi sebagai penunjang perekonomian masyarakat pesisir dan kepulauan. Pasar 17 Agustus Pamekasan Madura sebagai sentra pelaku usaha terbentuk jaringan sosial hubungan dagang, dan kerja sama antar pelaku usaha yang dapat mempengaruhi akses pasar, peluang dan kestabilan rantai pasok batik Pamekasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi jaringan sosial pelaku usaha batik dalam mempertahankan rantai pasok batik di Pasar 17 Agustus Pamekasan. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, data dikumpulkan melalui penelitian dokumen, eksperimen melalui observasi dan wawancara mendalam. Lokasi penelitian ini berada di Pasar 17 Agustus Kabupaten Pamekasan pada bulan September-Oktober 2024. Hasil penelitian ditemukan adanya jaringan sosial pelaku usaha batik di Pasar 17 Agustus Pamekasan berdasarkan Mark Granovetter dapat dibedakan menjadi dua ikatan yaitu ikatan yang kuat dan lemah. <em>Pertama</em>, ikatan kuat yaitu terjalin antara pelaku usaha batik dengan pembatik, dan sesama pemilik kios batik di pasar. <em>Kedua</em>, ikatan lemah terjalin pelaku usaha batik dan konsumen melalui <em>reseller</em> batik, pelaku usaha batik dengan stakeholder Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pamekasan. Ikatan lemah ini juga menjadi kekuatan dalam mempertahankan rantai pasok di Pasar 17 Agustus untuk tetap memberikan pengawasan dan dukungan baik itu fasilitas dan pelatihan terhadap pelaku usaha batik dan pengrajin batik di Pasar 17 Agustus Pamekasan.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1045 PERAN AGEN DAN STRUKTUR DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI DESA LABUHAN KERTASARI 2024-10-26T16:54:28+08:00 Tegar Tri Wahyudi [email protected] Hafizah Awalia [email protected] Farida Hilmi [email protected] <p>Pengembangan desa berbasis wisata, atau biasa disebut desa wisata, saat ini menjadi salah satu fenomena paling mencolok di industri pariwisata di Indonesia. Peran agen dan struktur merupakan aspek penting yang sangat berpengaruh di dalam pengembangan sebuah desa wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran agen dan struktur pada masyarakat pesisir Desa Labuhan Kertasari dalam pengembangan desa wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan <em>purposive sampling </em>dengan jumlah informan 11 orang. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan juga dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Strukturasi dari Anthony Giddens. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agen di dalam pengembangan Desa Wisata Kertasari berperan penting dengan peranannya masing masing sesuai dengan kapasitas dari masing-masing agen sebagai inisiator, eksekutor, dan juga evaluator. Sementara struktur berperan menjadi landasan dan juga hasil dari tindakan agen di dalam pengembangan Desa Wisata Labuhan Kertasari. Struktur memberikan panduan bagi agen dalam melaksanakan kegiatan wisata, sementara praktik dan pengalaman agen turut mempengaruhi perkembangan struktur yang ada. Dalam pengembangan Desa Wisata Labuhan Kertasari terdapat restrukturisasi di dalam relasi sosial budaya dan ekonomi seperti munculnya lapangan pekerjaan baru dan pemanfaatan kebudayaan lokal sebagai objek wisata. </p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1034 TINDAKAN ORANG TUA DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK DIPONDOK PESANTREN MADURA 2024-10-25T18:15:05+08:00 Moh. Kholilurrohman Kholilurrohman [email protected] Alfan Biroli [email protected] Iskandar Dzulkarnain [email protected] <p>Tradisi orang tua di Madura dalam menyekolahkan anak ke pondok pesantren didasari oleh nilai-nilai agama, budaya, dan sosial yang kuat. Pondok pesantren dianggap sebagai institusi yang mampu membentuk akhlak serta memperdalam ilmu agama anak-anak, sejalan dengan ketaatan masyarakat Madura terhadap ajaran Islam. Selain itu, tradisi ini juga dipengaruhi oleh faktor pelestarian budaya keluarga, di mana generasi sebelumnya telah menjadi santri. Kepatuhan terhadap otoritas kyai dan pandangan bahwa pesantren memberikan lingkungan yang aman secara moral juga menjadi alasan penting. Secara keseluruhan, pesantren tidak hanya berperan sebagai tempat pendidikan agama, tetapi juga sebagai lembaga sosial yang mendidik kemandirian dan kehidupan bermasyarakat. Tradisi ini mencerminkan keterikatan mendalam masyarakat Madura dengan pendidikan agama dan nilai-nilai moral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan menggunakan teori Tindakan Sosial Max Weber. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara-mendalam terhadap informan. Informan utama yang dipilih adalah para orang tua yang menyekolahkan anaknya di pesantren dan santri yang mondok dikarenakan pilihan orang tua di madura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan orang tua di Madura menyekolahkan anak ke pondok pesantren didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, motivasi utama adalah pendidikan agama, dengan pesantren dianggap mampu membentuk akhlak dan memperdalam ilmu agama anak. Kedua, tradisi keluarga memainkan peran penting, di mana generasi sebelumnya juga pernah menjadi santri. Ketiga, otoritas kyai yang dihormati membuat orang tua merasa percaya pada pesantren sebagai tempat yang aman dan bermoral. Keempat, pesantren dianggap sebagai tempat yang aman dari pengaruh negatif, dengan lingkungan terkontrol dan disiplin. Terakhir, pesantren juga berfungsi sebagai lembaga sosial yang mendidik kemandirian dan nilai-nilai kebersamaan. Hasil ini mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai agama, tradisi, dan perlindungan moral dalam keputusan orang tua. </p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1033 REZEKI SUDAH DIATUR 2024-10-22T17:12:37+08:00 Siti Ihda Puspita Aini [email protected] Arif Nasrullah [email protected] Sally Salsabila [email protected] <p>Pandangan pedagang terkait makna rezeki menjadi dorongan bagi para pedagang untuk berikhtiar dalam usahanya. Makna rezeki itu sendiri terbentuk karena adanya interaksi yang kemudian menciptakan jaringan yang memperkuat hubungan antar pedagang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) makna “rezeki sudah diatur” oleh Pedagang Kaki Lima di Pancor, (2) perilaku Pedagang Kaki Lima dalam mempertahankan usahanya, dan (3) interaksi sosial antar Pedagang Kaki Lima. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Adapun teknik penentuan informan menggunakan teknik <em>purposive sampling </em>dengan informan berjumlah 9 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead. Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa bentuk interaksi sosial antar Pedagang Kaki Lima berupa kerja sama, persaingan, konflik atau perselisihan, dan akomodasi. Dalam mempertahankan usahanya terdapat empat perilaku yang digunakan para pedagang yaitu menarik konsumen, bertahan meskipun banyak pesaing, inovasi dalam mempromosikan dagangan, dan memanfaatkan waktu buka terbaik (<em>prime time</em>) untuk berdagang. Hasil temuan juga menunjukkan bahwa para Pedagang Kaki Lima meyakini bahwa makna rezeki sudah diatur dan dianggap sebagai karunia dari Tuhan yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Dalam pandangan pedagang, rezeki tidak hanya terbatas pada materi saja, melainkan rezeki juga meliputi kesehatan fisik, mental, kesejahteraan sosial secara utuh, keharmonisan keluarga, serta keberkahan berupa kecukupan, keamanan dan ketenangan dalam hidup sehari-hari.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1028 PENANAMAN NILAI – NILAI SOSIAL DALAM PENDIDIKAN BELA NEGARA 2024-10-14T22:07:34+08:00 Munaim Nabawi [email protected] Kuntum Chairum Ummah [email protected] <p>Pendidikan bela negara merupakan upaya strategis untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan tanggung jawab sosial di kalangan generasi muda. Di Indonesia, khususnya di Kabupaten Pamekasan, Madura, nilai-nilai bela negara menjadi penting dalam menghadapi tantangan globalisasi, perubahan sosial, serta menjaga kearifan lokal. Pemuda sebagai pilar masa depan bangsa memiliki peran vital dalam mempertahankan keutuhan negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai sosial dalam pelatihan bela negara yang dilakukan oleh pemerintah di Kabupaten Pamekasan kepada para pemuda. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan cara mengumpulkan data melaui proses wawancara semi struktur dan observasi non-partisipan. Penelitian ini menggunakan perspektif Teori Kontruksi Sosial dari Peter L Berger yang menyoroti proses eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi dalam pembentukan realitas sosial. Data diperoleh melalui wawancara dengan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) serta Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai bela negara ditanamkan melalui berbagai program kepemudaan, seperti Pemuda Pelopor, Pramuka, dan pendidikan karakter berbasis Profil Pelajar Pancasila. Selain itu, kearifan lokal, seperti peran pesantren dan nilai religius, turut diintegrasikan dalam program-program ini. Melalui proses eksternalisasi, program-program ini membentuk kerangka sosial yang mendorong partisipasi pemuda. Nilai-nilai sosial yang diobjektivikasi dalam kegiatan formal kemudian diinternalisasi oleh pemuda sebagai bagian dari identitas diri mereka, menciptakan rasa tanggung jawab sosial dan nasionalisme yang kuat. Meskipun demikian, terdapat beberapa hambatan seperti resistensi budaya dan keterbatasan infrastruktur dalam proses penanaman nilai-nilai bela negara. Penelitian ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal untuk menanamkan nilai-nilai bela negara di kalangan pemuda.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1042 PENGEMBANGAN KAWASAN RINJANI-LOMBOK UNESCO GLOBAL GEOPARK DALAM PERSPEKTIF HUMAN DEVELOPMENT 2024-10-25T16:49:20+08:00 Y.A Wahyudin [email protected] Ahmad Mubarak Munir [email protected] Pamungkas Ayudaning Dewanto [email protected] Syaiful Anam [email protected] <p>Artikel ini membahas pentingnya pengembangan Geopark Global UNESCO di kawasan Rinjani-Lombok dari perspektif pembangunan manusia. Geopark UNESCO ini merupakan aset alam dengan potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Pertama-tama, Geopark Global UNESCO Rinjani-Lombok adalah situs geologi yang menakjubkan dengan potensi luar biasa untuk pendidikan dan pariwisata. Ini menciptakan peluang bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang geologi, ekologi, dan budaya lokal, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka. Program pendidikan yang difokuskan pada Geopark dapat meningkatkan akses masyarakat lokal terhadap peluang kerja di sektor pariwisata yang berkembang pesat. Selain itu, pengembangan Geopark juga berdampak positif pada infrastruktur dan layanan dasar di kawasan tersebut. Dalam upaya menarik wisatawan, pemerintah dan pemangku kepentingan akan termotivasi untuk meningkatkan aksesibilitas, transportasi, dan fasilitas publik, yang juga akan menguntungkan penduduk lokal. Selain aspek ekonomi, Geopark ini juga dapat memperkuat identitas budaya dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal. Melalui promosi konservasi alam dan warisan budaya mereka, masyarakat dapat merasa lebih terhubung dengan lingkungan mereka dan lebih terlibat dalam upaya konservasi. Namun, dalam pengembangan Geopark ini, penting untuk memperhatikan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi jangka panjangnya. Perencanaan yang berkelanjutan dan partisipasi aktif masyarakat lokal sangat penting untuk memastikan bahwa pengembangan ini benar-benar memberikan manfaat jangka panjang. Sebagai kesimpulan, artikel ini menyoroti potensi signifikan Geopark Global UNESCO Rinjani-Lombok dalam meningkatkan pembangunan manusia. Melalui pendekatan yang berkelanjutan, pengembangan Geopark ini dapat membawa manfaat ekonomi, pendidikan, budaya, dan lingkungan bagi masyarakat lokal sambil melestarikan warisan alam dan budaya yang unik yang terdapat pada kawasan Rinjani-Lombok UNESCO Global Geopark</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1051 STRATEGI PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL MERAMU JAMU BERBASIS MODAL SOSIAL PADA MASYARAKAT KABUPATEN PAMEKASAN MADURA 2024-10-30T07:01:23+08:00 Ekna Satriyati [email protected] Merlia Indah Prastiwi [email protected] Setyaningsih Setyaningsih [email protected] Citra Nurhayati [email protected] <p>Pelestarian kearifan lokal pada tradisi meramu jamu membutuhkan strategi dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan dunia medis. Sinergi membutuhkan modal ekonomi dan modal sosial sebagai upaya pemertahanan warisan <em>budaya</em>. Tradisi meramu jamu bagi Masyarakat Pulau Madura merupakan kearifan yang diwariskan secara turun temurun sebagai pengetahuan lokal. Kegunaannya untuk menjaga kesehatan dan mengobati sakit. Masyarakat penggiat jamu di Pulau Madura tidak dapat melestarikan sendiri dikarenakan pengakuan dunia medis terhadap jamu hanya sebatas sebagai penyembuh alternatif, bukan utama. Tak jarang dianggap tidak memiliki bukti uji laboratorium dan klinis untuk kelayakan dikonsumsi masyarakat. Oleh karena itu, Tradisi meramu jamu membutuhkan dua aspek pendukung. Pertama, modal ekonomi dengan membangun sinergi jejaring melalui ekonomi kreatif. Kedua, modal sosial sebagai sarana yang mengikat pembangunan dalam masyarakat dengan jejaring sosial yang dibangun oleh kepercayaan serta penekanan nilai dan norma sebagai karekteristik utama pada individu yang terlibat dalam interaksi sosial. Kajian ini bertujuan menelaah tentang strategi pelestarian Jamu Madura berbasis modal sosial sebagai bentuk kepercayaan dan jaringan antara pemerintah dengan masyarakat pengiat Jamu Madura. Metode dalam kajian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan studi fenomenologi yang teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari kajian ini menyatakan bahwa saling dukung dalam bentuk dari relasi dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah merupakan modal sosial pertama. Selanjutnya menaati norma dan membangun jaringan dalam tradisi meramu jamu dilakukan sebagai karakteristik ketaatan individu di ruang interaksi sosial. Kepercayaan dan ketaatan manusia dalam kehidupan interaksi sosial menjadi basis utama strategi melestarikan kearifan lokal, pada kajian ini difokuskan pada Tradisi Meramu Jamu Mayarakat di Kabupaten Pamekasan Madura</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1037 RESILIENSI PEREMPUAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA (PMI) DI MALAYSIA 2024-10-25T09:57:28+08:00 Erma Zuriatul Hartina [email protected] Arif Nasrullah [email protected] Solikatun Solikatun [email protected] <p>Perempuan sebagai pekerja migran yang bekerja di berbagai negara khususnya Malaysia mengalami berbagai permasalahan, mulai dari permasalahan adaptasi, ekonomi dan permasalahan kesehatan fisik dan mental ketika di negara tersebut, maka dari itu dibutuhkan resiliensi untuk menghadapi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk permasalahan yang dialami PMI dan resiliensi yang dilakukan PMI dalam menghadapi permasalahan di Pulau Pinang, Malaysia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penentuan Informan menggunakan teknik purposive. Penelitian ini menggunakan teori pilihan rasional dari James S Coleman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pekerja Migran Indonesia Perempuan memiliki berbagai bentuk permasalahan seperti kesulitan beradaptasi, permasalahan ekonomi yang meliputi pemborosan dan tindakan penipuan serta adanya permasalahan kesehatan fisik dan mental diantaranya sakit, adanya tindakan perundungan dan KDRT. Resiliensi yang dilakukan oleh PMI perempuan yaitu resiliensi fisik yang meliputi PMI menyiapkan obat-obatan dan menerapkan pola makan yang sehat. Resiliensi ekonomi yaitu PMI melakukan manajemen keuangan seperti menentukan skala priotitas dan alokasi gaji yang tepat. Resiliensi Sosial yaitu dengan dibutuhkannya dukungan sosial dan kemampuan sosial. Serta resiliensi emosional meliputi bersikap optimis, pengendalian diri yang baik dan jiwa spritualitas.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1049 PENANAMAN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA DAN KEARIFAN LOKAL MADURA 2024-10-29T19:43:56+08:00 Kuntum Chairum Ummah [email protected] Aminah Dewi Rahmawati [email protected] <p>Selesainya rezim Orde Baru di tangan mahasiswa pada tahun 1998 telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju era reformasi secara multidimensional. Dengan memasuki era reformasi sesuai dengan tuntutan mahasiswa untuk melakukan perbaikan dalam berbagai hal khususnya dalam dunia hukum yaitu terbangunnya bangsa Indonesia yang lebih baik. Dimana dua rezim sebelumnya yaitu rezim Orde Lama dan rezim Orde Baru sama memiliki banyak sekali problematika yang erat kaitannya dengan kepentingan mempertahankan kekuasaan melalui jalur-jalur yang erat dengan penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan kondisi nyata pendidikan bela negara di Kabupaten Pamekasan-Madura sebagai bagian dari upaya pembentukan karakter bangsa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan beberapa pendekatan, yaitu: <em>analytical approach, dan case approach </em>dengan data yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan serta dikombinasikan dengan empirical research (penelitian lapangan) dengan metode pengumpulan data melalui observasi, depth interview serta <em>focus group discussion</em> (FGD). Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Pamekasan-Madura. Sedangkan data yang terkumpul dianalisa menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan bela negara pada masyarakat Madura memiliki ciri khas tertentu yang menggabungkan nilai-nilai bela negara dengan nilai-nilai pertahanan masyarakat lokal yang sudah dikenal sejak lama yaitu Rampak Naong, Beringen Korong yang memiliki makna untuk terus menjaga kehidupan rukun dan teduh seperti pohon beringin.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1039 KONSTRUKSI SOSIAL SEHAT, SAKIT DAN PEMILIHAN PENGOBATAN PADA KELUARGA NELAYAN 2024-10-25T13:25:18+08:00 Lisa Afriani [email protected] Khalifatul Syuhada [email protected] Wira Sandi [email protected] <p>Penelitian ini mengkaji tentang konstruksi sosial dalam pemilihan pengobatan keluarga masyarakat pesisir. Wilayah pesisir memiliki berbagai permasalahan, isu, tantangan dan peluang yang sangat kompleks bagi masyarakat yang mendiaminya. Berbagai permasalahan yang sering terjadi di masyarakat pesisir yakni masalah kesehatan, ekonomi, sarana dan prasarana yang tidak layak, hingga akses teknologi yang tidak terjangkau dengan mudah oleh masyarakat yang mendiaminya. Metode penelitian ini adalah kualitatif studi kasus dengan model desain narasi untuk mengungkapkan intervensi pengetahuan masyarakat pesisir terhadap pemilihan pengobatan. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi dan dokumentasi penelitian. Teknik analisis data penelitian ini kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini memuat Nilai-nilai dan norma-norma budaya lokal menjadi latar belakang pemilihan pengobatan bagi keluarga nelayan. Selain itu Adat istiadat, keyakinan keagamaan, dan praktik tradisional menjadi hal-hal keputusan pengobatan. Rata-rata masyarakat yang ada di desa Kuranji Bangsal ini budaya nya masih sangat erat sekali hubungannya dan masih terjaga sampai sekarang. Masih banyak masyarakat mempercayai <em>Belian atau Dukun</em> untuk pemilihan pengobatan. Selain itu kondisi ekonomi keluarga terutama terkait biaya perawatan kesehatan, aksesibilitas ke layanan medis, dan dukungan keuangan dapat menjadi pertimbangan utama dalam memilih jenis pengobatan.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1047 TRADISI PEMBELAJARAN SANTRI DALAM MENDAPATKAN PENDIDIKAN AGAMA DI PESANTREN MADURA 2024-10-26T19:54:15+08:00 Alfan Biroli [email protected] Iskandar Dzulkarnain [email protected] Yuliana Windi Sari [email protected] <p>Pesantren yang ada di Madura terdapat di empat kabupaten meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Era zaman saat ini, pesantren mengalami perkembangan yang pesat baik dari kualitas maupun kuantitas. Terdapat jenis pesantren diantaranya yaitu pesantren tradisional, pesantren modern, dan pesantren kombinasi. Pendidikan pesantren menawarkan ilmu umum disertai ilmu agama. Kekhasan pesantren yang tidak lekang oleh waktu yaitu adanya tradisi santri dalam pembelajaran untuk mendapatkan pendidikan agama. Pesantren di Madura masih menjunjung tinggi nilai-nilai pewarisan budaya dari generasi ke generasi. Penelitian ini dilakukan di Madura, tepatnya di Pesantren Miftahul Ulum Betet Pamekasan. Tekhnik penelitian menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data yaitu dengan observasi dan wawancara mendalam. Jenis penelitian berupa kualitatif dengan strategi deskriptif. Tekhnik analisis data melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan pesantren yang ada di Miftahul Ulum Betet Pamekasan terdapat pendidikan sekolah umum dan sekolah agama yang ada dalam satu lingkungan. Tradisi pembelajaran santri sangat nampak dalam pendidikan agama, terutama pada sekolah diniyah atau madrasah diniyah. Pembelajaran santri dalam mendapatkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pendidikan keagamaan terbentuk melalui tradisi yang secara turun-temurun tetap dilakukan dan dipertahankan dalam proses pembelajaran pesantren. Pembelajaran secara tradisi dapat tergambarkan dalam pemisahan ruang belajar antara laki-laki dan perempuan. Selain itu adanya pakaian yang dikenakan menyimbolkan unsur tradisi. Bagi laki-laki juga menggunakan sarung beserta peci, sementara perempuan mengenakan kerudung dan baju Islami. Para pengajar juga didapatkan dari keluarga pendiri pesantren atau adanya alumni pesantren yang memiliki kompetensi lebih dalam hal agama.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1452 STRATEGI ADAPTASI SOSIO-CULTURAL MASYARAKAT PESISIR GILI GEDE DALAM MERESPON PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT 2024-11-26T09:47:48+08:00 Lalu Wiresapta Karyadi [email protected] Farida Hilmi [email protected] Ika Wijayanti [email protected] <p>Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat telah terbukti membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat khususnya mayarakat yang tinggal di kawasan pesisir Desa Gili Gede Indah. Untuk dapat bertahan hidup, masyarakat harus mengikuti arus perubahan yang terjadi dengan berbagai proses adaptasi yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai strategi adaptasi sosio-cultural yang dilakukan masyarakat pesisir Gili Gede dalam merespon perubahan yang terjadi sebagai akibat dari pembangunan pariwisata di kawasan tersebut. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adaptasi sosio-cultural yang dilakukan masyarakat pesisir Desa Gili Gede Indah dalam merespon pembangunan pariwisata di Lombok Barat antara lain dengan melakukan adaptasi inovasi dan konformitas; dengan membangun interaksi dengan para pendatang dan wisatawan, mempertahankan norma sosial yang sudah ada, memfasilitasi lingkungan sosial yang aman dan kondusif bagi para wisatawan, menjadi fasilitator pelayanan jasa wisata, serta meningkatkan pengetahuan dan skill.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1054 JERATAN DISRUPSI: HABITUS DAN RESILIENSI NELAYAN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DI DESA PASONGSONGAN, SUMENEP MADURA 2024-11-03T13:27:44+08:00 Edy Purwanto [email protected] Agustinus Gergorius Raja Dasion [email protected] Margaretha Diah Ayu Trismindarti [email protected] <p>Perubahan iklim yang melanda bumi semakin mengkhawatirkan, hal tersebut tidak hanya menjadi ancaman bagi tatanan <em>Blue Economy</em> di Indonesia, namun juga bagi seluruh komunitas Internasional. Masyarakat Desa Pasongsongan, merupakan salah satu masyarakat pesisir yang cukup rentan terhadap perubahan iklim. Data dari Dinas Perikanan Sumenep dan UPT PPP Pasongsongan, menyebutkan bahwa capaian produksi tahun 2023-2024 terbilang menurun akibat cuaca buruk padahal kecamatan ini memperoleh alat bantu teknologi tepat guna yakni sebanyak 87 unit dengan pertumbuhan tertinggi industri mikro kecil untuk perikanan yakni sebanyak 47 unit usaha di tahun 2023. Penelitian ini berupaya untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi bentuk- bentuk kerentanan Komunitas Nelayan dalam menghadapi perubahan iklim. Kajian ini menggunakan pendekatan <em>Theory of Practice</em> dari Pierre Bourdieu dalam konsep Habitus dengan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun hasil temuan dari penelitian ini berhasil mengidentifikasi kerentanan komunitas nelayan dimana terjadi perubahan musim tangkapan ikan yang semakin singkat dan menyebabkan munculnya disrupsi habitus nelayan, selain itu peneliti juga berhasil menemukan kategorisasi dari bentuk-bentuk resiliensi sosial dan budaya komunitas nelayan yakni <em>resilience as a recovery, resilience as a stability and resilience as a transformation</em>. Pertama, <em>Resilience as a recovery</em> ditunjukkan dengan kemampuan nelayan dalam menjaga keseimbangan tradisi dan kepercayaan dalam menjaga prinsip “<em>Lebur Alako Ka Tasek</em>” dengan melestarikan tradisi <em>Nyonson</em>, Rokat Tase dan <em>Nyabis</em>. <em>Resilience as a stability</em> terlihat dari adanya patron klien pada relasi pedagang dan ABK kapal sedangkan <em>resilience as a transformation </em>terlihat dari adanya sistem pemetaan wilayah pencarian dalam upaya menemukan hasil laut yang lebih banyak disertai dengan adanya dukungan aplikasi SI-Kapal yang membantu dalam navigasi dan pemetaan.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1041 POTRET KEHIDUPAN LANSIA PESISIR 2024-10-25T15:16:19+08:00 Julianti Julianti [email protected] Putri Febiana [email protected] Khalifatul Syuhada [email protected] <p>Para lansia di NTB masih tinggal bersama keluarga dan tiga generasi dalam satu rumah. Penelitian ini adalah menganalisis kehidupan sosial, kesehatan lansia dalam program yang diberikan oleh pemerintah, sehingga belum banyak penelitian yang serupa tentang masalah ini. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan Studi Kasus (<em>case study</em>). Teknik pengumpulan data ini adalah wawancara mendalam, observasi partisipan dan dokumentasi penelitian. Teknik analisis data menggunakan rancangan analisis data Creswell. Uji keabsahan data yang digunakan dengan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan perpanjang keikutsertaan dan triangulasi. Hasil temuan data Lansia pada masyarakat Desa Kuranji Bangsal dapat diklasifikasikan kedalam 3 jenis lansia yaitu lansia awal, lansia dewasa dan lansia akhir. Lansia awal memiliki rentan usia dari 46-55 tahun, lansia akhir memiliki rentan usia 56-65 tahun. Masyarakat lansia di Dusun Kuranji Bangsal Kecamatan Kuranji Dalang Kabupaten Lombok Barat. Dimana terdapat lansia produktif dan lansia akhir. Lansia produktif masih melakukan kegiatan seperti biasa sebagai nelayan untuk lansia laki-laki dan lansia perempuan melakukan kegiatan berdagang ikan keliling dan berdagang makanan ringan. Pada saat ramai pembeli lansia bisa mendapatkan 50-100rb perhari dan jika sepi hanya mendapatkan 20-50rb per harinya setiap lansia menjual ikan. Lansia perempuan maupun laki-laki di dusun Kuranji Bangsal melakukan pekerjaan tersebut karena kondisi dan keadaan yang tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan lainnya mengingat usia dan fisik yang sudah lemah.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1046 DAMPAK PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP BURUH TANI PEREMPUAN 2024-10-26T17:47:17+08:00 Rizka Meilani [email protected] Maya Atri Komalasari [email protected] Ika Wijayanti [email protected] <p>Pembangunan yang dilakukan di daerah Kota Mataram, tepatnya di Kelurahan Jempong Baru di Lingkungan Mapak Dasan dan Lingkungan Geguntur, sejak tahun 2021 hingga sekarang pembangunan semakin gencar dilakukan mulai dari pembangunan gedung intansi pemerintahan hingga pembangunan perumahan. Namun dibalik itu semua pembangunan tidak lepas dari adanya alih fungsi lahan terutama lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian. Alih fungsi lahan ini memberikan dampak terhadap kehidupan kelompok-kelompok kecil seperti petani maupun buruh tani khususnya buruh tani perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak pembangunan perumahan terhadap buruh tani perempuan yang mana penelitian ini dianaisis menggunakan teori perangkap kemiskinan Robert Chambers. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive. Data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang dirasakan oleh buruh tani perempuan akibat dari pembangunan perumahan terbagi menjadi dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif, dampak negatifnya yaitu: yaitu : 1) alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian, 2) berkurangnya lapangan pekerjaan sebagai buruh tani, 3) pengangguran, 4) ketimpangan pendapatan, sedangkan dampak positifnya 1) peralihan profesi dan, 2) tambahan pekerjaan sampingan. Dampak-dampak yang dirasakan tersebeut mengarah pada kemiskinan.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi) https://proceeding.unram.ac.id/index.php/sensosio/article/view/1024 PERCERAIAN PASANGAN NIKAH USIA DINI DI DESA BATU BANDUNG, KABUPATEN KEPAHIANG 2024-10-13T22:37:38+08:00 Citra Puspita Sari [email protected] Heni Nopianti [email protected] Diyas Widiyarti [email protected] <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan perceraian pasangan nikah usia dini di Desa Batu Bandung, Kabupaten Kepahiang. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan teori perilaku sosial (Social Behavior). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Proses pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian berada di Desa Batu Bandung, Kecamatan Muara Kemumu, Kabupaten Kepahiang. Hasil penelitian ini untuk mengetahui penyebab perceraian pasangan nikah usia dini yaitu dalam pernikahan dini yang mengakibatkan pernikahan dini dikarenakan pendidikan, orang tua, mba, dan kemauan sendiri. Pertama, dinamika pernikahan usia dini menunjukkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi dalam kehidupan pernikahan, yang akhirnya mengarah pada perceraian. Dinamika pernikahan meliputi dinamika emosional, dinamika ekonomi yang menyebabkan tekanan dan norma sosial serta KDRT. Kedua yaitu konsep interaksi dalam perceraian pernikahan usia dini melibatkan berbagai faktor sosial yang mempengaruhi dinamika pernikahan. Ketiga adanya implikasi perceraian pasangan nikah usia dini di Desa Batu Bandung sangat luas dan mendalam, mencakup aspek psikologis pasangan yang mengalami perceraian akibat KDRT mempengaruhi kesehatan mental, implikasi sosial menyebabkan stigma sosial yang berat bagi perceraian dan keluarga, implikasi ekonomi menyebabkan perceraian karena mengalami kesulitan ekonomi.</p> 2024-12-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Prosiding SeNSosio (Seminar Nasional Prodi Sosiologi)