PROFIL KONSUMSI ASAM AMINO ESSENSIAL BALITA STUNTING DAN TIDAK STUNTING DI KABUPATEN LOMBOK UTARA
DOI:
https://doi.org/10.29303/saintek.v5i1.229Keywords:
Asam amino essensial, asupan protein, balita, stunting, Lombok UtaraAbstract
Lombok Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTB yang menjadi daerah prioritas penanganan stunting nasional. Prevalensi stunting di Kabupaten Lombok Utara 32,14% sementara target penurunan angka stunting nasional pada tahun 2024 adalah 14%. Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini, Balita membutuhkan kecukupan kualitas maupun kuantitas dari asupan zat gizi terutama asam amino. Hingga saat ini, informasi mengenai profil asam amino anak stunting di NTB masih sangat minim. Tujuan kegiatan ini adalah Mengetahui gambaran konsumsi Asam Amino Essensial (AAE) balita stunting dan tidak stunting di Lombok Utara, Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Ibu/pengasuh dari balita berusia 12-24 bulan sebanyak 252 balita dipilih sebagai responden dengan metode simple random sampling. Data mengenai karakteristik responden dikumpulkan menggunakan kuesioner dan data konsumsi Asam Amino Essenial dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner food recall 2x24 jam dan format SQ-FFQ kepada Ibu/pengasuh balita. Hasil makanan yang dikonsumsi balita diterjemahkan menjadi data asupan asam amino essensial dengan menggunakan Software Nutrisurvey. Data balita diperoleh dari data ePPGBM di masing-masing Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Lombok Utara. Data dianalisis menggunakan multiple logistic regression. Asupan AAE pada balita stunting lebih rendah daripada balita tidak stunting. Isoleusin yang berbeda secara signifikan (p<0,05). Kurang beragam dan seimbangnya konsumsi pada balita disebabkan karena makanan sumber protein hewani jarang dikonsumsi baik oleh balita stunting maupun tidak stunting. Faktor resiko kejadian stunting pada balita adalah kebiasaan makan balita yang tidak beragam dan pendidikan ayah yang rendah. asupan AAE pada balita stunting terutama isoleusin lebih rendah daripada balita tidak stunting karena kebiasaan makan balita yang tidak beragam dan pendidikan ayah yang rendah