PELATIHAN PENINGKATAN SANITASI DAN KUALITAS PRODUKSI SATE PUSUT DI WILAYAH REMBIGA
Keywords:
sate pusut, Rembiga, kuliner, khas Lombok, sanitasiAbstract
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang ditetapkan pada tahun 2017 menyebabkan Pulau Lombok menjadi salah satu tujuan wisata populer. Bagian penting yang tidak terlepas dari pariwisata adalah kuliner khas daerah setempat yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Salah satu kuliner tradisional yang berasal dari Lombok adalah sate pusut dari wilayah Rembiga, Kota Mataram. Sate pusut sudah banyak dijual di pasar dan menjadi salah satu menu di rumah-rumah makan. Meskipun mudah ditemukan di pasar atau rumah makan, akan tetapi jangkauan pemasaran sate pusut saat ini masih terbatas karena masa simpannya yang rendah, yaitu sekitar 12 jam. Berbahan baku utama daging dengan kandungan protein tinggi sebesar 19,54% menyebabkan rendahnya masa simpan sate pusut. Faktor lain penyebab rendahnya masa simpan adalah kadar air yang tinggi, proses yang belum tersyandar serta kurangnya pemahaman akan sanitasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi mitra antara lain (1) Masa simpan sate yang rendah (2) Sanitasi pengolahan yang kurang (3) penggunaan tusuk sate yang tidak steril (4) proses pembakaran sate yang menyebabkan case hardening dan (5) ukuran sate yang tidak beragam. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk sate yang lebih berkualitas perlu diperhatikan keseluruhan tahapan proses produksinya, mulai dari persiapan bahan baku, pemilihan bahan baku yang berkualitas (masih segar), produksi yang memperhatikan sanitasi, ruang produksi yang bersih dan sesuai standar, proses pengolahan yang benar, serta pengemasan dan penyimpanan produk. Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan ini memberikan penyuluhan untuk perbaikan proses sehingga mampu menghasilkan produk sate pusut yang lebih aman dan berkualitas.